Sabtu, 23 Maret 2013

Sejarah Wonosobo

Sejarah Nama Kota Wonosobo

Sejarah berdirinya kota Wonosobo terkait erat dengan perkembangan kekuasaan Mataram Islam pada abad ke XVII atau sekitar tahun 1600-an. Ketika itu Wonosobo masih berupa hamparan kawasan hutan belantara. Lalu pada suatu ketika datanglah tiga pengelana masing-masing bernama: Kyai Walik, Kyai Kolodete, dan Kyai Karim.

Mereka bersama sanak saudara mulai merintis suatu pemukiman di daerah Wonosobo. Mereka memulai membuka hutan dan mengubahnya menjadi tempat pemukiman serta lahan pertanian sebagai sumber penghidupan mereka.

Dalam perjalanan ketiga Kyai tersebut bermukim ditempat yang berbeda-beda, Kyai Kolodete bermukim di daerah Dataran Tinggi Dieng, Kyai Walik bermukim di daerah sekitar kota Wonosobo, ia disebut sebagai tokoh perancang kota sedangkan Kyai Karim bermukim di daerah Kalibeber. Dari ketiga tokoh pendiri Kota Wonosobo, Konon Kyai Walik adalah seorang tokoh ulama yang paling dekat di hati rakyat, seorang figur pemimpin merakyat.

Setelah para Kyai tersebut menempati tempat tinggal baru maka mulailah terjadi perkembangan baru. Para pendatang makin banyak dan semakin terkenallah daerah Wonosobo.
Sedangkan Asal nama Wonosobo sangat erat kaitanya dengan banyaknya para pendatang. Secara etimologi Wonosobo berasal dari dua kata yaitu
"Wono" yang berarti hutan dan "Sobo" yang berarti mengunjungi. Jadi kata Wonosobo kurang lebih berarti "Kawasan hutan yang banyak dikunjungi".

Nama Kyai Kolodete dalam benak masyarakat Dataran Tinggi Dieng cukup lekat. Konon kyai yang muksa (lepas nyawa dari raga) di Gunung Bima ini, merupakan sosok yang jadi cikal bakal meneteskan keturunan anak berambut gembel (gimbal) hingga hari ini.

Kehadiran Kyai Kolodete di Dataran Tinggi Dieng selama ini diyakini menjadi tokoh yang terlibat dalam membabat kawasan Dieng. Kolodete dimitoskan menjadi sosok yang misterius sekaligus fakta. Dikatakan misterius karena berada di Dieng pada ratusan tahun silam dengan penanda kepergiannya melalui petilasan muksa di Puncak Gunung Bima. Dianggap fakta karena hingga hari ini, titisan kolodete masih terus ada, wujudnya anak di kawasan Dieng berambut gimbal yang harus diperlakukan secara khusus, apabila tidak, bisa berdampak jadi bala.
sumber: media informasi nama kota/daerah Wonosobo

rambut gimbal wonosobo
rambut gimbal wonosobo
Tetap Semangat : Wonosobo Yang Aku Banggakan














pementasan seni budaya wonosobo







Jumat, 22 Maret 2013

Silaturahmi Ikatan Keluarga Wonosobo (IKW)


Pertemuan Silaturahmi Keluarga Wonosobo Tahun 2013

Acara tahunan Pertemuan Silaturahmi Masyarakat Kabupaten Wonosobo yang diselenggarakan oleh Pemkab Wonosobo dan IKW dilaksanakan kemarin hari Minggu, 17 Maret 2013 di Anjungan Provinsi Jawa Tengah TMII Jakarta cukup meriah penuh keakraban, acara yang dihadiri para undangan Bapak, Ibu, Remaja, dan anak-anak, serta hadir pula Pejabat Kabupaten Wonosobo sedangkan Bupati yang diwakili Setda Wonosobo. Dan acara tersebut adalah merupakan ajang yang sangat dinanti oleh terutama warga Wonosobo yang berada di perantauan se-Jabodetabek maupun kota lainnya, karena selain dapat berkumpul bersilaturahmi juga untuk saling mengenal lebih dekat satu dengan lainnya bercengkrama, dan terlihat begitu ceria, ada canda, tawa, serasa dekat persaudaraan bahkan sesekali dialek khas Wonosobonya keluar.
 
Raut wajah para undangan begitu ceria, maklum, banyak diantara mereka yang sudah lama tidak bertemu akhirnya bisa bertemu di acara tersebut. Selain itu, kebahagiaan juga terpancar dari orang-orang asli Wonosobo yang mencicipi makanan khas Wonosobo seperti Mie Ongklok, tempe kemul, geblek dan lainnya, sepertinya mereka memang sudah lama tak merasakan cemilan khas daerah itu. Tak perlu waktu begitu lama, sajian yang hidangkan di meja stand makanan itu ludes habis di serbu oleh para tamu yang hadir. Masakan yang memang disiapkan sedemikian rupa dengan bahan dan racikan bumbu asli Wonosobo, jadi jangan salah persepsi, karena makanan itu dimasak langsung di Jakarta dengan ahli masak yang didatangkan khusus dari Wonosobo. Di stand meja lainpun juga di jajakan oleh-oleh khas Wonosobo, ada carica, kripik jamur, dan makanan jenis lainnya serta kaos bergambar Wonosobo.
 
Acara tersebut dihibur dengan beberapa tarian budaya Wonosobo yang menampilkan sendra tari berjudul "Titisan Kolodete" dan Tari Lengger oleh Sanggar Sekar Jagad serta diakhir acara dlakukan tarian bersama sebagai ungkapan kebersamaan bergotong royong untuk masyarakat Wonosobo, meskipun sebenarnya masih ingin penampilan lainnya, namun suguhan dan hiburan telah membuat warga Wonosobo (se- Jabodetabek) yang  hadir  bisa terhibur dan cukup puas. Kemudian berharap untuk di masa mendatang oleh Pemda Wonosobo dan IKW acara seperti ini tetap dilaksanakan sebagai ajang mempererat tali silaturahmi Warga Wonosobo (se-jabodetabek) di perantauan sekaligus wahana memperkenalkan keindahan panorama Wonosobo sebagai tempat Pariwisata.